banner 728x90
Film  

The Fifth Element: Ketika Aksi, Humor, dan Visual Gila Menjadi Mahakarya

The Fifth Element: Ketika Aksi, Humor, dan Visual Gila Menjadi Mahakarya
The Fifth Element: Ketika Aksi, Humor, dan Visual Gila Menjadi Mahakarya. Foto: Ist

FILM, Jambiwin.com – Le Cinquième Élément: Ketika Film Sci-Fi Menjadi Karya Seni yang Penuh Warna dan Kegilaan Visioner. Kalau kita membahas film fiksi ilmiah yang paling “berani beda”, maka nama Le Cinquième Élément (atau The Fifth Element) buatan Luc Besson selalu masuk daftar. Film ini dirilis pada tahun 1997, tapi aura futuristiknya… masih terasa modern sampai sekarang. Bahkan beberapa film sci-fi baru pun seperti belum bisa meniru vibe uniknya.

Film ini seperti kombinasi aneh antara opera ruang angkasa, komedi absurd, aksi Bruce Willis, fashion haute couture Jean-Paul Gaultier, dan cerita penyelamatan dunia yang… jujur saja, lumayan nyentrik. Tapi entah bagaimana, semua campuran itu bekerja dengan sempurna—seolah genre-genre itu saling melengkapi, bukan saling bertabrakan.

Kalau kamu suka sci-fi yang “serius”, film ini mungkin terasa seperti roller coaster yang tiba-tiba belok ke arah yang tidak kamu duga. Tapi kalau kamu terbuka dengan film yang liar, bebas, penuh warna, dan nyentrik… The Fifth Element adalah pengalaman visual yang tidak akan kamu lupakan.

Sinopsis: Ketika Unsur Kelima Tiba untuk Menyelamatkan Dunia

Cerita dimulai dengan ancaman kegelapan kuno yang datang setiap 5000 tahun sekali. Satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan empat batu elemen—air, api, tanah, udara—dan satu elemen terakhir: unsur kelima, sebuah makhluk sempurna yang dirancang untuk menjadi pelindung kehidupan.

Masuklah Leeloo, diperankan oleh Milla Jovovich dengan rambut oranye ikonik dan bahasa ciptaan sendiri yang bikin bingung sekaligus menggemaskan.

Leeloo jatuh (secara literal) ke dalam taksi futuristik milik Korben Dallas (Bruce Willis), mantan tentara yang hidup sebagai sopir taksi. Dari sini petualangan dimulai: mereka harus menemukan batu-batu elemen, bertemu Diva alien yang suaranya bisa bikin merinding, dan bertarung melawan kelompok alien bernama Mangalores serta antagonis flamboyan, Zorg (Gary Oldman), yang gaya busananya saja sudah cukup jadi legenda.

Intinya? Selamatkan dunia… tapi dengan gaya.

Gaya Visual: Setengah Seni, Setengah Kegilaan

Salah satu hal paling mencolok dari film ini adalah visualnya. Luc Besson tidak ingin membuat film sci-fi gelap dan mekanis seperti Blade Runner. Ia memilih dunia futuristik yang cerah, ramai, penuh iklan neon, kostum nyeleneh, dan gedung-gedung mengapung.

Fashion dalam film ini adalah legenda tersendiri. Jean-Paul Gaultier membuat lebih dari 900 kostum, dari seragam polisi futuristik sampai pakaian Diva Plavalaguna yang terasa seperti opera ruang angkasa. Bahkan baju Leeloo yang “bandage outfit” itu—ya, yang hanya terdiri dari tali-tali putih—sudah jadi ikon fashion pop culture.

Semuanya terasa stylish, unik, dan… aneh dalam cara yang menyenangkan.

Analisis Karakter: Setiap Tokoh Punya Energi Sendiri

1. Leeloo – Makhluk Sempurna yang Tidak Sempurna

Leeloo adalah kombinasi innocence dan kekuatan. Dia lincah, cepat belajar, tapi juga polos seperti bayi yang baru mengenal dunia. Karakter ini jadi kuat bukan hanya karena kemampuan bertarungnya, tapi karena perjuangannya memahami manusia.

Adegan ketika ia mempelajari perang dunia lewat internet dan menangis? Itu yang membuat penonton sadar bahwa unsur kelima bukan sekadar senjata… tapi cinta.

2. Korben Dallas – Pahlawan Anti-Hero Paling Santai

Bruce Willis benar-benar bermain dengan gaya khasnya: datar, sarkastik, tapi bisa diandalkan. Korben adalah tipe karakter yang tidak minta jadi pahlawan. Tapi karena takdir memaksanya, ya sudah… dia jalani saja sambil ngedumel.

Dan jujur, itu yang membuatnya relatable.

3. Zorg – Villain dengan Gaya Eksentrik

Gary Oldman tampil luar biasa. Zorg bukan penjahat biasa. Ia flamboyan, kocak, kejam, tapi juga seperti bos perusahaan startup jahat yang terlalu banyak minum kopi.

Desain rambutnya saja sudah cukup membuatnya ikonik.

4. Ruby Rhod – Radio Host Paling Chaotic di Jagat Sinema

Chris Tucker memerankan Ruby Rhod, karakter yang… mungkin hanya bisa didefinisikan sebagai “kebisingan glamor dengan energi 200%”.

Dia adalah hiburan dalam cerita. Histeris, flamboyan, hiperaktif, tapi… tak bisa dilepaskan dari keunikan film ini.

Tema Besar Film: Antara Kehidupan, Kehancuran, dan Manusia yang Sering Lupa Tentang Cinta

Di balik kegilaan visual dan aksi nonstop, The Fifth Element menyelipkan tema yang sangat manusiawi: bahwa cinta adalah inti keberlangsungan hidup.

Luc Besson secara tersirat menampilkan kritik:

manusia menciptakan perang

manusia menciptakan kehancuran

tapi juga manusia yang menciptakan harapan

Leeloo sebagai “unsur kelima” bukanlah senjata pemusnah. Ia adalah simbol kasih—bahwa cinta bisa menjadi energi paling kuat di alam semesta.

Review dan Pendapat Kritikus

Saat dirilis, film ini punya respon campuran. Ada yang memuji, ada pula yang bingung.

Kritikus menyebut film ini:

“Visual masterpiece”

“Campy but charming”

“Sci-fi paling stylish tahun 90-an”

“Cerita sederhana tapi dieksekusi dengan imajinasi luar biasa”

“Film yang membagi penonton: antara yang menganggapnya jenius atau kacau”

Namun seiring waktu, The Fifth Element menjadi cult classic.
Banyak orang menontonnya ulang dan baru sadar… film ini visioner.

Beberapa kritikus menilai film ini sebagai tonggak era sci-fi modern karena:

desain futuristiknya memengaruhi estetika film-film setelahnya

keberaniannya menggabungkan genre tanpa rasa takut

dunia yang terasa hidup dan detail

karakter-karakter yang memorable

Dan benar, film ini memang susah dicari duanya. Mau nyari film yang “mirip”?
Sulit.
Karena The Fifth Element adalah unik di kelasnya.

Mengapa Film Ini Masih Dibicarakan Sampai Sekarang?

Ada beberapa alasan:

1. Karakter-karakter yang tak bisa dilupakan

Leeloo, Zorg, Ruby Rhod… semua sangat kuat secara identitas.

2. Visual dan kostum masih terlihat keren

Bahkan sekarang pun film ini tidak terlihat ketinggalan zaman.

3. Humor yang efektif

Gila, chaotic, tapi lucu.

4. Cerita sederhana tapi mengena

Kisah “selamatkan dunia” memang klasik, tapi dibawakan dengan cara yang fresh.

5. Soundtrack operanya legendaris

Diva Plavalaguna masih jadi salah satu adegan sci-fi paling ikonik.

Kesimpulan: Le Cinquième Élément Adalah Karya yang Berani Melampaui Zamannya

Ini bukan film sci-fi biasa.
Ia adalah opera futuristik.
Ia adalah seni yang dibalut komedi dan aksi.
Ia adalah film yang lahir dari imajinasi liar seorang Luc Besson.

Buat penonton baru, film ini mungkin terasa aneh… tapi dengan cara yang memikat.

Buat penonton lama, film ini nostalgia.

Pada akhirnya, Le Cinquième Élément membuktikan bahwa film sci-fi tidak harus gelap dan serius. Ia bisa indah, penuh warna, konyol, emosional, dan tetap punya pesan kuat tentang cinta sebagai kekuatan terbesar.

Lalu bagaimana cara nonton film ini. Gampang. Buka browser, ketik yandex.com, setelah terbuka situs pencarian yandex, ketik nonton film Le Cinquième Élément lk21. Tinggal pilih website mana yang mau diakses. (edo)