Opini  

Opini Musri Nauli : Pejuang dan Petualang

Musri Nauli ialah pengacara dan Direktur Media Haris-Sani.
Musri Nauli ialah pengacara dan Direktur Media Haris-Sani.

Oleh : Musri Nauli *

Entah mengapa akhir-akhir ini, dua kosakata ini sering menghinggapi pikiran saya. Sebuah kata yang memberikan garis marka dan demarkansi yang tegas.

Teringat 5 tahun yang lalu, saat sebelum memasuki masa kampanye dan hiruk pikuk, saya kemudian berdiskusi dengan seorang teman. Seorang Anak muda yang mempunyai daya gelagar suaranya. Melengking. Sekaligus jam terbang yang tidak boleh diremehkan di kancah politik.

Kemampuannya mengolah issu-isu Politik kedalam kemasan kekinian berupa video pendek kemudian menjadi tagline. Pemimpin baru. Pemimpin harapan. Tentu saja kemampuannya kemudian membangkitkan harapan anak-anak muda Jambi. Tentang harapan terhadap masa depan.

Berbagai rencana ataupun cita-cita yang selama ini terpendam kemudian didiskusikan. berbagai tema penting terhadap kemajuan Jambi ataupun program-program yang menyentuh menjadi landasan didalam diskusi panjang kami.

Tidak salah kemudian harapan besar ditumpahkan didalam Pilkada Jambi 2024. Sekaligus harapan yang tinggi yang senantiasa diharapkan sebagai medan tarung. Kamipun menyebutkan sebagai perjuangan panjang. Perjuangan politik dan membangkitkan optimisme yang besar.

Entah mengapa semangat kami begitu bergelora. Kamipun sering mengikrarkan sebagai pejuang.

Kamipun berkeliling. Mengikuti jadwal kampanye ke berbagai daerah. Sekaligus menikmati panorama Kerinci. Ataupun menikmati sensasi Danau dan Gunung Kerinci.

Secara pribadi hubungan kami terus berlanjut. Hingga kini. Komunikasipun tetap lancar.

Namun usai Pilgub 2024, entah mengapa kemudian sayup-sayup terdengar suara. Diapun kemudian tidak menjadi bagian dari proses hasil perjuangan panjang. Entah apa alasan hingga kini yang membuat saya tidak mengerti.

Lalu untuk apa perjuangan yang telah lama digaungkan ? Apa penyebab penting ataupun alasan rasional sehingga kemudian meninggalkan gelanggang yang sudah dimenangkan.

Hingga kini berbagai pertanyaan menggelayut di pikiran. Tanya yang belum menemukan jawaban ?

Lalu apa yang harus dicari dari perjuangan yang telah lama didiskusikan. Apakah ide-ide ataupun harapan yang menjadi pembicaraan politik kemudian tidak dilaksanakan oleh kandidat ?

Ah. Pertanyaan itu masih menjadi misteri yang belum ditemukan jawabannya.

Seorang teman didalam kesempatan terpisah pernah berujar. “Seorang pejuang senantiasa berada didalam medan tarung yang telah dimasukinya. Senantiasa berdarah-darah hingga mewujudkan apa yang menjadi cita-citanya”.

“Dia rela dimaki, dihujat bahkan harus dimusuhi oleh sebagian kawan-kawannya. Dia tetap didalam barisan perjuangan yang telah dilalui.

“Dia tekun. Bahkan nyaris tiada terdengar tangisan apabila perjuangannya kemudian sedikit memberikan hasil”.

Dialah sebenarnya pejuang. Yang tekun dan terus dan tanpa henti-henti mewujudkan cita-citanya. Dia kemudian menaklukkan medan tarung yang Sudah dimasukkannya. Dan menuntaskan seluruh harapan, cita-cita ataupun mimpinya.

Namun apabila kemudian meninggalkan gelanggang yang telah dimasukkannya, ataupun kemudian meninggalkan gelanggang yang telah dimenangkan kemudian dia pergi. Maka dia adalah petualang.

Seorang petualang selalu meninggalkan medan tarung yang sudah dimenangkan. Dia tidak menuntaskan perjuangannya.

Dan dia selalu mencari-cari medan tarung. Dan tidak pernah tuntas dari perjuangannya.

Dan sang Kawan itu kemudian pergi meninggalkan medan tarung. Dan kemudian entah bagaimana ceritanya.

Ah, perenungan di pagi hari membuat hidup kadang-kadang ditentukan diri sendiri. Apakah Berarti ataupun berlalu bersama dengan hari-hari yang sepi. (*)

* Musri Nauli, advokat yang juga Direktur Media Haris-Sani